Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Muhammad Agung Bramantya
★
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang Menciptakan.
(Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1)
Kata ilmu dengan asal 3 huruf (ain, lam, mim) disebutkan 779 kali dalam Kitabullah. Selain itu, terdapat lebih banyak lagi kalimat yang mengarah pada makna ilmu, tapi tidak disebutkan menurut lafadznya. Seperti: yaqin, huda, akal, al-fikru, nazhar, hikmah, fiqih, burhan, dalil, hujjah, ayat, bayyinah, dan lain-lain. Sementara dalam sunnah nabawiyah, menghitung kalimat ilmu hampir merupakan hal yang mustahil, karena saking banyaknya.
(Prof. Dr. Raghib As-Sirjani)
★ ★ ★
Terdapat anggapan umum bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Barat (Eropa dan Amerika) sejak beberapa abad terakhir ini disebabkan antara lain dan terutama oleh paham sekularisme (melepaskan diri dari ikatan agama) dan gerakan sekularisasi yang mengakhiri apa yang kemudian disebut sebagai Zaman Kegelapan. Asumsi ini memang ada benarnya, mengingat hubungan yang tidak harmonis sepanjang sejarah antara dogmatisme Gereja dan rasionalisme para saintis. Ketegangan dan konflik antara keduanya begitu sengit sehingga seringkali satu pihak berusaha menjatuhkan dan menindas yang lain. Terjadilah praktik-praktik seperti eks-komunikasi, kondemnasi, persekusi, immurasi, inkuisisi, dan eksekusi. Tidak sedikit saintis yang dikucilkan, dikutuk, diburu, dikurung, diinterogasi, dan dijatuhi hukuman mati. Kasus Giordano Bruno, Galileo Galilei, dan Baruch Spinoza merupakan secuil “lembaran hitam” dalam sejarah ilmu pengetahuan di Barat.
Pernahkah anda membayangkan institusi resmi mengadili (menghukum) lebih 10.280 orang dengan cara dibakar hidup-hidup? Sekitar 6.870 orang telah digantung di depan publik dan 77.320 orang disiksa dengan berbagai macam siksaan pedih? Itu semua terjadi pada kurun yang amat singkat, sekitar 18 tahun (1481-1499 M)3. Dan itulah pengalaman pedih dan getir yang terus membekas di sanubari dunia Barat.
Yang keliru dalam hal ini adalah ketika asumsi tersebut di atas diterima “for granted“ dan digeneralisir, dijadikan cermin dan dipakai untuk membaca sejarah perkembangan, kemajuan, dan kemunduran peradaban (ilmu pengetahuan) lslam, seolah-olah kasus yang sama juga terjadi di dunia lslam, seolah-olah ilmu pengetahuan juga mengalami nasib yang sama malangnya dalam sejarah keilmuan lslam. Lebih keliru lagi ketika asumsi tersebut dikonversi menjadi tesis, lalu digunakan sebagai landasan prediksi dan strategi membangun kembali pemikiran dan peradabanIslam kini, bahwa kemunduran ilmu pengetahuan di dunia lslam disebabkan oleh ortodoksi, bahwa kebangkitan dan kemajuan ilmu pengetahuan di dunia lslam hanya dapat terwujud jika kaum Muslim mau mengikuti dan meniru bangsa-bangsa Barat, yakni dengan menganut sekularisme dan mempraktikkan sekularisasi. Artikel ini akan membahas masalah tersebut dari sudut pandang historis dan sosiologis, dalam rangka memisahkan antara mitos (opini) dan realitas (fakta) seputar jatuh-bangunnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban Islam. Artikel ini juga mencoba memberikan gambaran konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan sebagai solusi terhadap kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban di dunia Islam.
Tulisan selengkapnya silakan klik: Islamisasi Ilmu Pengetahuan